Angklung Udjo, Menikmati Angklung Citra Rasa Masa Kini

Angklung Udjo, Menikmati Angklung Citra Rasa Masa Kini- Que Sera Sera , Wo Ai Ni, Burung Kakaktua mengalun merdu dari sekitar 50 hingga 60 wisatawan mancanegara dan local di ruang pendopo Saung Udjo. sang dirigen Yayan Mulyana, putra keenam dari Mang Udjo begitu bersemangat memimpin para tamu yang ingin belajar angklung itu. Kegiatan Senin sore, medio Mei lalu ditutup dengan pertunjukkan belasan pemain angklung yang merupakan murid senior dari Saung Angklung Udjo yang terletak di kawasan Padasuka, Bandung ini.

Saung Angklung Udjo
Saung Angklung Udjo
Sejarah Saung Angklung Udjo
Sejarah saung ini bermula pada 5 Maret 1929, adalah hari di saat pasangan suami istri Wiranta dan Imi dikarunia putra keenam mereka, yang kemudian diberi nama Udjo. Ketika masih kecil Udjo kecil sudah memperlihatkan bakatnya dan ketertarikannya dalam dunia seni, musik dan budaya sejak usia balita. Udjo mempelajari Angklung dalam dua tangga nada dasar, yaitu diatonic dan pentatonic.
Sejarah Saung Angklung Udjo di Bandung
Ketrampilan membuat Anggklung di Saung Angklung Udjo
Hal ini yang membuat Udjo mahir untuk memainkan berbagai jenis musik, mulai dari musik tradisional Sunda dan lagu-lagu popular Indonesia, serta juga, lagu dari negara Belanda. Keinginannya untuk terus maju mendorongnya untuk mempelajari kesenian langsung dari para maestro kesenian Sunda, mereka adalah Mang Koko sang ahli Kecapi Raden Machyar Angga Kusumahdinata seorang guru gamelan; dan Daeng Soetigna sang inventor Angklung diatonik. Tak lama kemudian, Udjo didaulat untuk menjadi asisten dari Daeng Soetigna, pelopor angklung nasional dan kemudian mewakilinya untuk memimpin sebuah pertunjukan musik. Hasrat dan kecintaannya pada seni dan budaya menjadi alasan utama bagi Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati untuk mendirikan Saung Angklung Udjo (SAU) pada 1966.

Dalam buku Deskripsi Kesenian Jawa Barat yang disusun oleh Ganjar Kurnia dan Arthur S Nalan, 2003 disebutkan secara tradisional angklung termasuk alat musik dari bambu bersama calung. Keduanya tercipta berabad-abad yang silam dan berasal dari pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan kehidupan yang bersumber pada makanan pokok padi dan kepercayaan terhadap mitos Nyi Sri Pohaci. Perenungan masyarakat Sunda dahulu dalam mengolah pertanian melahirkan syair dan lagu sebagai penghormatan dan persembahan kepada Nyi Pohaci sebagai upaya tolak bala.

Sebetulnya ada beberapa kesenian angklung secara tradisional. Di antaranya angklung di Kanekes (Baduy). Angklung ini dibuat oleh orang-orang Kajeroan yang terdiri dari tiga kampung, Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik. Kesenian ini awalnya berkaitan dengan ritual padi, setelah Islam masuk pertunjukkan untuk hal yang bersifat hiburan . Masih di Banten terdapat kesenian Angklung Dogdog Lojor yang terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer. Banten dan tersebar di sekitar Gunung Halimun. Angklung juga berkaitan dengan ritual padi. Ketiga, Angklung Gubrag di Kecamatan Cigudeg, Bogor. Keempat Angklung Badeng di Malanbong, Garut. Kesenian angklung ini berkaitan dengan dakwah penyebaran agama Islam dan untuk hiburan. Kesenian kelima ialah kesenian buncis di Baros sejak 1940 yang lebih berfungsi sebagai hiburan daripada penghormatan pada padi.

Pada perkembangannya terjadi pergeseran kalau dulu penyanyinya adalah laki-laki, kemudian menjadi pada penyanyi perempuan. Seorang guru bernama, Daeng Sutikna (1908-1984) mempelopori angklung nasional sejak 1938. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog), diubah nadanya menjadi tangga nada Barat (solmisasi) sehingga berbagai lagu dapat dimainkan. Hasil pengembangannya ini yang diajarkan di sekolah-sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.

Keunikan Saung Angklung Udjo
Mereka didukung oleh pemain drum, tabuhan hingga gitar yang terletak di panggung atas. beberapa lagu dimainkan dengan memukau di antaranya Can’t Take my Eyes off of You (yang dipopulerkan oleh penyanyi Amerika, Andy Williams pada 1960-an. Di akhir acara puluhan anak-anak menyerbu masuk arena dan mengajak para tamu untuk ikut menari bersama, bermain ular tangga dengan iringan musik Hallo-hallo Bandung, Injit-injit semut, Rasa Sayange, hingga ditutup dengan Sayonara.
Keunikan Saung Angklung Udjo
Keunikan Saung Angklung Udjo
Keberadaan Saung Udjo ikut menyelamatkan kelestarian musik angklung di kalangan generasi muda setidaknya di Kota Bandung. Di antaranya adalah Serly Purwanti, 26 tahun, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran ini jatuh hati pada angklung ketika menonton pertunjukkan Saung Angklung Udjo di sebuah televisi swasta pada 2012. Saya tidak menyangka angklung ternyata membawakan lagu-lagu modern. Setelah saya memutuskan belajar ternyata bisa, saya membawakan lagu All Just The Way You Are dari Bruno Mars tuturnya.

Kami juga menemui Bhawika Hikmat, Coorporate Secretary Saung Angklung Udjo. Alumnus Fikom Unpad itu mengungkapkan bahwa kekuatan angklung di saung ini karena keberanian Udjo dahulu merubah pentatonic ke diatonic, yang tadinya music seperti gamelan menjadi musik modern. Konsekuensinya angklung diterima secara laus bukan saja oleh pengemar tradisionalnya. Peminat angklung yang belajar di saung ini juga datang dari luar negeri, seperti Belanda, Jerman, Inggris, Prancis, Malaysia

Prestasi Saung Angklung Udjo
Sebetulnya yang dipertunjukkan pada waktu berkunjung belum seberapa kemampuan yang pernah ditampilkan tim angklung Saung Angklung Udjo. Setahu kami tim angklung Udjo ini mampu memainkan Bohemian Rhapsody dari grup Rock legendaris Queen yang tingkat kesulitannya tinggi, hingga menggelar The Beatles Night. Tim angklung ini juga mampu menembus event bergengsi di dalam negeri seperti Jakjazz 2013, maupun tampil di mancanegara seperti Pasar Malam Tongtong Belanda.

Pada prinsipnya semua lagu dari berbagai genre bisa dimainkan dengan angklung. Untuk dapat tampil di depan publik rata-rata setahun belajar angklung. Belajar angklung seperti alat musik lainnya mempunyai beberapa grade. Kalau mau disamakan dengan alat musik lainnya, seperti piano tutur Yayan, saat ini sekitar 500 orang menjadi murid Saung Angklung Udjo.

Fasilitas Saung Angklung Udjo
Udjo meninggal pada 3 Mei 2001 dan saung ini diteruskan oleh putra-putrinya. Saung Angklung Udjo kemudian berkembang menjadi tujuan wisata penting di Indonesia dan Bandung itu sendiri. Bukan hanya pendopo untuk pertunjukkan, Fasilitas Saung Angklung Udjo ini memiliki ruang pameran, menjual buatan tangan kerajinan souvenir seperti angklung itu sendiri, golek wayang (wayang kayu), blangkon Sunda topi tradisional yang terbuat dari tekstil batik -dan kerajinan bambu lain yang dibuat oleh pengrajin di sebelah saung tersebut. Bagi mereka yang menginap terdapat guest house dan rumah makan di dalam areal saung yang luasnya lebih dari satu hektar.

Jadwal Saung Angklung Udjo
Bagi Anda yang berminat mencari hiburan di Saung Angklung Udjo terdapat empat pertunjukkan setiap hari, yaitu pertunjukkan pagi pada 10.00-11.30, siang 13.00-14.30, sore 15.30-17.00 dan malam 18.30-20.00. 
Jadwal Saung Angklung Udjo 2019
Pertunjukan di Saung Angklung Udjo
Harga Tiket Saung Angklung Udjo
Untuk turis asing dipungut biaya Rp100.000 dan turis domestik membeli tiket Rp60.000. Khusus untuk pertunjukkan Sabtu petang tiket untuk turis asang Rp110.000 dan domestic Rp70.000. Selain fasilitas menonton, pengunjung mendapatkan cinderamata dan welcome drink.Angklung Tradisional

Lokasi Saung Angklung Udjo
Bagi Anda yang belibur di Bandung ingin menyaksikan dan sekaligus belajar tentang permainan musik angklung di sanggar Angklung Udjo, yang berlokasi di Kawasan Padasuka Bandung , tepatnya di Jalan Padasuka 118 Pasirlayung Bandung  (GoogleMap