Anton Thedy: Travel Grosir, Wisdom dan Seribu Toilet

Anton Thedy: Travel Grosir, Wisdom dan Seribu Toilet- Suatu hari sekitar Juni 1969 seorang murid kelas 3 SD di Kota Sukabumi diajak ayahnya  mengunjungi Pekan Raya Jakarta atau lebih dikenal Jakarta Fair  di kawasan Gambir. Kemeriahan event tahunan yang digagas oleh Gubenur Ali Sadikin itu rupanya melekat di kepala anak laki-laki itu. Dia pun menceritakan betapa ramainya acara itu pada teman-teman sekelasnya. Sebagian diantara mereka tertarik dan akhirnya  dikoordinir oleh bocah itu untuk berangkat ke Jakarta melihat Jakarta Fair.

Sekalipun sang anak kebingungan bagaimana mendapatkan bus dan mengumpulkan uang. Namun apa yang ia gagas dan ia lakukan adalah bakatnya yang terus terasah. Ketika ia lulus SMP, dia pun sudah mampu mengatur perjalanan kawan-kawannya berlibur ke Bali. Lepas dari SMP sang anak diminta ayahnya yang pengusaha toko elektronik di kota Sukabumi untuk melanjutkan pendidikan ke SMA dengan harapan menjadi dokter. Namun ia merasa bukan keinginannya, akhirnya ia memilih melanjutkan pendidikan ke SMIP di Santa Theresia Jakarta.
 
Anton Thedy, CEO TX Travel
Anton Thedy, CEO TX Travel
Sayang seribu sayang ia dua kali  tidak lulus ujian untuk masuk. “Rasanya down banget! Tetapi Papa luar biasa. Sekali pun dia tidak setuju dengan pendidikan yang dia pilih untuk anaknya dia perjuangkan ke Bu Tris (kepala sekolah saat itu) agar anaknya bisa diterima. Kebetulan sekolah itu baru membuka kelas campuran dan saya adalah anak laki-laki yang jumlahnya amat sedikit.  Akhirnya saya termasuk 7 anakl aki-laki, yang lulus. Maju tak gentar! Itulah moto si anak lelaki itu, sekali pun belajarnya membuat stres. Buku yang harus dibacanya pun tebal-tebal. Belajar tiketing sangat butuh ketelitian dan inilah yang membuat murid laki-laki biasanya runtuh. Selama masa sekolah, dia mengikuti beragam organisasi sekolah. Pengalaman yang kemudian menambah bekal hidupnya kelak.

Anak laki-laki itu adalah Anton Thedy, Managing Director TX Travel, sebuah perusahaan yang di franchisekan pertama kali di Indonesia. Atas prestasinya ini, TX Travel mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Travel Franchise pertama di Indonesia.

Perusahaan ini diluncurkan pertama kali pada 2004 juga menjadi bisnis travel pertama yang menggunakan sistem franchise. Perusahaan ini tumbuh dan berkembang di 54 kota dengan 224 cabang di seluruh Indonesia. Berbagai penghargaan telah diraih TX Travel, di antaranya yang teranyar adalah meraih penghargaan dari majalah Info Franchise dalam kategori Tour and Travel yang dinobatkan sebagai Franchise Market Leader 2014 dan Franchise Fastest Growing
2014. Penghargaan ini berhasil diraih TXTravel dalam 4 (empat) tahun berturut-turut

Anton Thedy memulai karirnya dari nol. Setelah lulus dari sekolah pariwisata di tahun 1981 ia kemudian diterima bekerja di Vaya Tour. Pertama kali ditempatkan bukan di bagian ticketing yang merupakan latar belakang pendidikannya di SMIP, tetapi justru menjadi bagian dari tim outbound. “Pengalaman saya pertama menemani rombongan ke Singapura dengan berbekal pakaian untuk dua malam. Tetapi sampai di Singapura, hanya sempat ke toilet untuk mandi dan diminta kembali ke Indonesia! Bayangan akan berlibur gratis sambil bekerja buyar. Nggak bisa ngomong senang, karena kita adalah soldier, “ kenangnya beberapa waktu lalu.

Pengalaman ini memberinya pelajaran untuk membuat jadwal yang benar. Hasilnya tahun ketiga dia menjadi supervisor tour sementara rekan seangkatannya belum satu pun mencapai posisi itu. Pada tahun ke enam seharusnya sudah menjadi tour manager, tetapi Anton sudah pindah ke Bayu Buana.

Selama menjadi pimpinan tour Anton mendapatkan banyak pengalaman, di antaranya konsumen banyak menyukai tur-tur panjang di Asia selama dua minggu. Beberapa rekannya sempat stres bekerja di bidang ini karena home sick. Tetapi bagi dia menyenangkan. Di sini Anton belajar bahwa menjadi anak buah tidak bisa memilih. Ratusan grup sudah dia pimpin selama bekerja di perusahaan to Setelah cukup lama bekerja dengan “orang lain”, Anton memutuskan untuk mendirikan usaha sendiri dengan mendirikan Jakarta Express pada 1991.
Anton Thedy & Penghargaan MURI
Anton Thedy & Penghargaan MURI
Perusahaan pertamanya ini juga berhasil dianugerahi penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Travel Grosir Pertama di Indonesia Dia hanya berbekal mesin fax pinjaman, mobil pinjaman dan seorang staf, yang tak lain adiknya sendiri. Saya memutuskan ke
luar karena tidak ada tantangan lagi. Saya akhirnya berpikir lebih baik menjadi pemilik walau kecil, daripada berada di lingkungan besar tetapi bekerja. Saya sisihkan uang buat keluarga. "Kalau bisnis rugi, keluarga tidak menderita,” ujar Anton.

Perjalanan hidup penuh keringat dan air mata. Anton sempat dipinjamkan kantor di Glodok dan berhadapan dengan banjir. Pelanpelan usahanya berkembang. Sifatnya yang tidak konfrontatif dan tidak mengganggu etika travel memberikan keuntungan pada bisnisnya dalam memelihara relasi. Hinggaakhirnya dia mendirikan TX Travel. Ketika itu pada 2004 hingga lima tahun lalu, bisnis tour itu hanya ada dua. Yang bagus dan mahal atau yang murah tapi jelek. Saya pilih yang di tengah. Saya masuk ke celah yang tidak terpikirkan orang sebelumnya cetus Anton.

Segmen baru itu ialah biaya ekonomis tetapi kualitas tour baik. Untuk menekan harga dicari airline yang memberikan tiket murah, pada waktu sepi (low season). Begitu juga dengan hotel. Misalnya saja tur ke Jepang biasanya 1.900 Dollar AS bisa dibuat dengan harga 1.250 Dollar AS. Jurus ini ternyata jitu dan TX Travel berkembang pesat. Jurus lain TX Tavel ialah menawarkan apa yang disebut WisDom atau Wisata Domestik. Menurut Anton sebetulnya banyak wilayah Indonesia yang bisa menjadi tempat destinasi wisata yang lebih baik disbanding harus pergi ke negara lain. Saat ini banyak orang melihat Maladewa atau Maldives sebagai tempat yang bagus, tetapi sebetulnya di Indonesia banyak tempat yang melebihi Maladewa.
Buku Wisdom
Buku Wisdom
Selain objek wisatanya, aspek kuliner, oleh-oleh hingga local culturenya lebih pas untuk orang Indonesia. Hanya saja masih ada kendala seperti kurang penataan dari pemerintah dan diperlukan kesadaran dari semua pihak. Saat ini perjalanan wisata ke beberapa tempat di indonesia bisa lebih mahal dibandingkan tour ke luar negeri seperti Singapura atau Thailand misalnya. Soal keamanan juga menjadi hantu, misalnya saja kalau orang mau pergi ke Aceh sering bertanya: Aman nggak? Padahal ternyata orang Aceh itu ramah dan kawasan itu bagaikan mutiara dalam lumpur untuk wisata jelas Anton.

Beberapa waktu lalu Anton Thedy  danseorang jurnalis bernama Arif Firmansyah menerbitkan buku berjudul 50 Wisata Domestik Indonesia yang menceritakan 50 tujuan wisata unggulan Indonesia yang berbeda, mulai dari Aceh hingga Papua, setiap daerah diceritakan secara menarik dengan keunikan-keunikan tersendiri dan sudah berkelas dunia. Di antaranya menjelajah Banjarmasin, daerah yang terkenal karena intannya selain panorama sungai. Pembaca juga diberikan tips bagaimana memilih berlian.